RSS

Resensi Pendidikan Nasional


Resensi Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi
Judul buku : Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi
Penulis : Prof. Dr. Winarno Surakhmad, MSc. Ed
Pnerbit : KOMPAS
ISBN :978-979-709-420-1
Tebal :496
Oleh : Mohammad Ichlas El Qudsi, S.Si. Msi
Resensi Buku
Buku ini lahir dari tangan seorang praktisi, sekaligus teoritikus pendidikan. Karena mengalami dan tercelup dalam habitat pendidikan, maka seluruh gambaran konseptual dalam buku ini, seolah mewakili seluruh kegalauan kita tentang pendidikan di Indonesia yang tengah karut marut.
Kemampuan penulis dalam mencari alas pijak filosofi pendidikan nasional, seolah memosisikan buku ini seperti mesin pencari urgensi pendidikan yang kini terkesan menghilang dari tujuan pendidikan nasional.
Olehnya itu, dibagian pertama buku ini, penulis dengan berani mengatakan, “hilangnya landasan pendidikan nasional, sebahagian besar disebabkan kita menghiraukan landasan filosof pendidikan”.Pendidikan di Indonesia lebih mementingkan aspek terapan meski dengan cara-cara yang beresiko secara ideologis (Halaman : 29).
Di tengah hilangnya landasan pendidikan itu, tidak serta-merta mendorong kita untuk memilih salah satu diantaranya. Dan meninggalkan aspek yang lain. Karena menurut penurut penulis, jika kita memilih mengedapan terapan, maka akan hilang filosofi, dan sebaliknya jika kita melulu meneggalamkan diri dalam makna filosofi tanpa tarapan juga akan menjadi gamang.
Landasan filosofi yang dimaksudkan penulis, tentunya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal tersebut dipaparkan secara lugas dan apik oleh penulis dibagian pertama buku setebal 496 halaman ini. Dibagian pertama buku ini, penulis ingin mengawinkan landasan filosofi dan terapan pendidikan nasional, sebagai suatu bangunan yang utuh. Sebagai strategi dalam memajukan pendidikan nasional. Demikian juga sebagai piranti untuk meng-immun berbagai tragedi kebijakan pendidikan baik makro maupun mikro yang cenderung membias dari landasan ideologi pendidikan yang sesungguhnya.
Menurut Prof Dr Winarno, kelupaan desain pendidikan nasional terhadap landasan filosofis pendidikan di Indonesia juga, disebabkan oleh sebegitu cepatnya arus modernisasi. Perubahan yang berlangsung cepat (percepatan global), membuat bangsa ini gagap mengikuti siklus perkembangan dan kemajuan. Dalam segmen pendidikan pun demikian. Secara lugas Prof Dr Winarno menguraikan bahwa : Dunia kontemporer yang berwajah serba berubah, membuat manusia sulit mempelajari sesuatu dasar atau prinsip yang lebih permanen, tentang nilai-nilai universal, tentang dogma, tentang doktrin atau bahkan tentang kebenaran yang absolut. (Halaman : 41). Kondisi ini berimplikasi pada penataan sistim pendidikan secara langsung.
Pada bagian pertama buku ini, Prof. Dr Winarno menemukan bahwa aspek-aspek metafisika sesungguhnya menjadi landasan inti pendidikan. Selama ini, dalam sistim belajar secara mikro, kita hanya mengedepankan aspek psikologi dan normatif (hukum). Akibatnya landasan filosofis pendidikan terkait nilai-nilai kehidupan, etika dan karakter tidak tersentuh dengan baik.
Reformasi pendidikan selama ini menurut Winarno, melupakan beberapa aspek landasan filosofisnya. Diantaranya adalah : Pertama, pendidikan yang memanusiakan. Kedua, pendidikan yang membudayakan. Ketiga, pendidikan yang mengindonesiakan. Semakin jauh kebijakan pendidikan kita meninggalkan aspek-aspek pokok pendidikan ini, maka pendidikan kita akan menjadi hilang eksistensinya. Dan eksistensi pendidikan dimaksud, adalah kesearahan kebijakan pendidikan dengan semangat Pancasila dan UUD 1945.
Hilangnya eksistensi ini juga, berakibat pada kurangnya penghargaan negara terhadap jasa tenaga pendidikan (Guru). Sertifikasi yang selama ini diberikan negara kepada para guru menurut Winarno terkesan sebatas kontrol kewenangan tugas semata (birokratis). Paradigma semacam ini salah menurut penulis. Karena sertifkasi merupakan salah satu mekanisme pelimpahan wewenang sesuai kompetensi yang dimiliki tenaga pendidik. Dan dalam  lanscap pemikiran buku ini, penulis menerangkan dengan sangat apik dan ideologis. (Baca halaman : 245)
Hilangnya eksistensi pendidikan sebagaimana ditulis Winarno dalam bagian kedua buku ini terjadi, dikarenakan negara terfokus pada aspek makro pendidikan. Padahal menurut Winarno, ada sejumlah kesalahan penafsiran dan diskomunikasi antara bahasa politik dan bahasa guru. Bahasa politik dalam hal ini adalah kebijakan pendidikan melalaui UU dan bahasa profan yang berlaku bagi dunia dan iklim kependidikan yang bersifat sangat mikro dan a-politik.
Bahasa politik yang terbatas pada ruang kepentingan dan ideologi, seolah tak pernah bertemu dalam urgensi pendidikan yang berpihak pada nasib guru dan pendidikan secara komprehensif. Dalam buku ini Prof Dr Winarno menegaskan “Pemahaman ini perlu diperhatikan, karena bahasa politisi tidak berada dalam gelombang pemikiran yang sama dengan bahasa guru, bahasa yang masing-masing terbentuk dengan idiom dan referensi yang berbeda, dan akibatnya UUGD pasti menjadi tidak efektif. (269). Pada sisi inilah menurut penulis, PGRI harus memainkan peran signifikan untuk berpihak pada nasib guru dan perbaikan sistim pendidikan nasional. (hal : 459)
Alhasil, buku ini tentu layak dibaca oleh praktisi dan pengamat pendidikan, demikian juga masyarakat pemerhati pendidikan. Baik dari kalangan mahasiswa, pelajar, guru dan ataupun dosen. Karena dalam isinya, penulis sedemikian sistematis membedah pokok pokok persoalan sebagaimana disebutkan dibagian judulnya Pendidikan Nasional, Strategi dan Tragedi. ****


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar